Dasar
NaOH merupakan Bahan Baku Sekunder (BBS) yang konsentrasinya tidak dapat dihitung secara teoritis, oleh karena itu perlu distandarisasi dengan BBP salah satunya dengan Asam Oksalat. Asam Oksalat dipilih karena bersifat asam lemah sehingga dapat bereaksi dengan NaOH, dan akan dihasilkan garam Natrium Oksalat (Na2C2O4) yang merupakan garam normal bersifat sedikit basa. Oleh karena itu indikator yang dipakai adalah yang bekerja pada suasana basa, yaitu Phenol Ptalein (PP) dengan warna TA merah muda seulas.
Reaksi
H2C2O4 . 2 H2O --> H2C2O4 + 2 H2O
H2C2O4 + 2
NaOH (ind. PP) --> Na2C2O4
+ 2 H2O
Tujuan
Menetapkan normalitas NaOH 0,05 N secara tepat dengan BBP Asam Oksalat (H2C2O4
. 2 H2O)
Alat dan Bahan
Alat
- Kaca arloji
- Labu ukur 100 mL
- Pengaduk
- Pipet volumetri 10 mL dan bulb
- Erlenmeyer
- Buret 50 mL
- Corong
- Piala gelas 400 dan 800 mL
- Labu semprot
- Pipet tetes
- Pembakar teklu
- Kaki tiga dan kasa asbes
- Statif dan klem
- Alas titar dan alas baca buret
Bahan
- Hablur Asam Oksalat
- Air suling
- NaOH 0,05 N
- Indikator PP
- Kertas saring penyeka
- Kertas pengganjal corong
- Korek api
Cara
Kerja
- Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
- Ditimbang ± 0,315 gram Asam Oksalat,
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan labu ukur lalu diseka, dihimpitkan, dan dihomogenkan,
- Dipipet 10,00 mL larutan ke dalam erlenmeyer, kemudian diencerkan dengan air suling hingga volumenya 100 mL,
- Larutan diteteskan 2 – 3 tetes indikator PP
- Larutan dititar dengan NaOH 0,05 N hingga mencapai TA (Titik Akhir) berwarna merah muda seulas, dan
- Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL.
Perhitungan
Keterangan
Np =
Normalitas penitar
mg BBP =
mg Asam Oksalat yang ditimbang
Vp =
Volume titran yang dibutuhkan
FP =
faktor pengenceran
Bst Asam Oksalat adalah ½ Mr, yaitu 63.
Pembahasan
NaOH merupakan bahan baku sekunder
sehingga kenormalannya tidak dapat dihitung secara teoritis, hal ini
dikarenakan NaOH merupakan senyawa yang kurang mantap karena mudah menyerap CO2
dari udara bebas sehingga membentuk Na2CO3. Atas dasar
inilah dilakukan standarisasi, dan buret yang digunakan pun haruslah buret basa
karena apabila digunakan buret asam, NaOH akan mengikat CO2 dari
udara sehingga membentuk Na2CO3 yang nantinya akan menyumbat keran
buret asam. Selain itu, basa mudah bereaksi dengan kaca pada keran buret asam
dibandingkan dengan karet pada keran buret basa.
Karena NaOH bersifat basa, maka
bahan baku primernya harus bersifat kebalikannya agar keduanya dapat bereaksi. Bahan
baku primer yang digunakan untuk menstandarisasi BBP haruslah memenuhi beberapa
syarat, antara lain:
- Murni dan dapat dimurnikan,
- Dapat dikeringkan dan tidak higroskopis (tidak menyerap air),
- Dapat larut dalam pelarut yang cocok,
- Dapat bereaksi secara stoikiomiteri,
- Mantap dalam bentuk larutan dan padatan, dan
- Memiliki bobot setara (bst) yang relatif besar sehingga mengurangi kesalahan dalam penimbangan.
Dalam
hal ini, Asam Oksalat dipilih karena memenuhi syarat – syarat sebagai BBP.
Karena BBP, Asam Oksalat harus dilarutkan di dalam labu ukur agar
konsentrasinya dapat diukur secara tepat. Pengambilan larutannya pun harus
dilakukan dengan menggunakan pipet volumetri agar volumenya tepat.
Indikator merupakan syarat yang
penting bagi titrasi. Pada netralisasi, indikator yang digunakan adalah
indikator pH yang bekerja dengan perubahan warna yang tajam pada pH tertentu.
Pada penetapan ini digunakan PP karena terbentuk Na2C2O4
yang merupakan garam normal bersifat sedikit basa. Oleh karena itu digunakan
indikator yang bekerja pada suasana basa yaitu Phenol Ptalein.
Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R.
Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor
: SMK – SMAK Bogor.
Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat, Penetapan normalitas NaOH dengan Asam Oksalat
LU SANGAT MEMBANTU SEKALI BAGI PARA BURUH LAPSUS
ReplyDeleteGua mah baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung hahaha
Deletefaktor pengencerannya itu yg mana? sama Vpnya yg mana?
ReplyDeleteFaktor pengenceran bernilai 10, dihitung dari volume awal larutan di labu ukur (100 ml) dibagi dengan volume larutan yang dipipet (10 ml). Sedangkan Vp adalah volume penitar, yaitu volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Semoga membantu ya!
Delete