Dasar
Formaldehid (methanal) merupakan reduktor kuat
sehingga dapat bereaksi dengan I2. Dalam suasana basa, formaldehyde
dapat dioksidasi menjadi Asam Format oleh I2 yang ditambahkan berlebih
terukur. Kelebihan I2 dapat dititar dengan Na2S2O3
dalam suasana asam dengan indikator kanji dengan TA tak berwarna.
Baca juga postingan mengenai Penetapan Normalitas (Standardisasi) Na2S2O3 dengan BBP KIO3
Baca juga postingan mengenai Penetapan Normalitas (Standardisasi) Na2S2O3 dengan BBP KIO3
Reaksi
HCHO + 2 I2 (berlebih terukur) + H2O --> HCOOH
+ 2 HI + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 -->
2 NaI + Na2S4O6
Tujuan
Menetapkan kadar Methanal (Formaldehid) dalam Formalin cara Romijn
Alat dan Bahan
Alat
- Kaca arloji
- Labu ukur 100 ml
- Pipet volumetric 10 ml dan 5 ml
- Gelas ukur
- Pengaduk
- Erlenmeyer asah
- Buret 50 ml
- Corong
- Piala gelas 400 dan 800 ml
- Labu semprot
- Pipet tetes
- Statif dan klem
- Alas titar dan alas baca buret
Bahan
- Sampel formalin
- Na2S2O3 0,05 N
- I2 0,05 N
- HCl 4 N
- NaOH 4 N
- Air suling
- Kertas saring penyeka
- Kertas pengganjal corong
Cara Kerja
Kadar Formaldehid
- Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
- Ditimbang ± 0,10 gram sampel formalin (menggunakan kaca arloji yang sudah ditetesi sedikit air),
- Dimasukkan ke labu ukur 100 ml lalu diimpitkan,
- Dipipet 5,00 ml larutan, dimasukkan ke Erlenmeyer asah,
- Diencerkan dengan 50 ml air, ditambahkan 0,5 ml (10 tetes) NaOH 4N dan 10,00 ml I2 0,05 N (pipet volumetri),
- Larutan disimpan di tempat gelap selama 15 menit,
- Setelah 15 menit di tempat gelap, larutan ditambahkan ± 2 ml HCl 4 N
- Larutan dititar dengan Na2S2O3 0,05 N hingga kuning muda,
- Ditambahkan indikator kanji (biru),
- Dititar kembali dengan Na2S2O3 0,05 N hingga TA larutan tak berwarna,
- Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL, dan
- Dilakukan blanko untuk mengetahui jumlah I2 yang bereaksi dengan formaldehid.
Blanko
- Dipipet 10,00 ml I2 0,05 N ke dalam Erlenmeyer asah, kemudian diencerkan dengan ± 50 ml air suling,
- Larutan dititar dengan Na2S2O3 0,05 N hingga berwarna kuning muda seulas,
- Ditambahkan beberapa tetes indikator kanji (biru), dan
- Larutan dititar kembali hingga TA larutan tak berwarna
Baca juga postingan mengenai Penetapan Normalitas (Standardisasi) Na2S2O3 dengan BBP K2Cr2O7
Perhitungan
mg contoh =
Bobot contoh yang ditimbang
N Tio = Normalitas
Tio
N I2 =
Normalitas I2
V Tio =
Volume titran (Tio) yang dibutuhkan
V I2 =
Volume I2 yang dipipet (10 ml)
FP =
Faktor pengenceran
Bst HCHO adalah 1/2 Mr = 15.
Pembahasan
Metode Iodometri merupakan metode
redoks dimana menggunakan larutan baku Tio (Na2S2O3)
digunakan sebagai titran. Digunakan Erlenmeyer asah karena I2
merupakan zat yang mudah menyublim, jika I2 menyublim maka jumlah
titran akan semakin berkurang dari yang seharusnya.
Indikator yang digunakan pada titrasi Iodometri adalah indikator kanji (amilosa) yang akan menghasilkan warna biru ketika bereaksi dengan I2. Akan tetapi, penambahan kanji dilakukan saat konsentrasi I2 sudah sedikit. Jika kanji ditambahkan saat I2 masih banyak, maka kanji akan “mengurung” I2 sehingga tidak semua I2 bereaksi dengan Tio. Akibatnya, jumlah titran yang dibutuhkan semakin sedikit dari yang seharusnya.
Formaldehid merupakan senyawa aldehyde dengan jumlah atom karbon satu. Karena memiliki gugus aldehyde, formaldehid tergolong reduktor kuat. Oksidasi dari senyawa aldehyde akan menghasilkan asam karboksilat, dimana pada kasus ini Formaldehyde dioksidasi menjadi asam format (asam semut). Formaldehyde digunakan untuk mengawetkan jasad karena sifatnya yang mudah mengikat air (higroskopis) sehingga dapat menghambat pembusukan jasad akibat bakteri. Karena sifatnya yang mudah menguap (volatile), maka saat penimbangan kaca arloji kosong yang digunakan harus ditetesi sedikit air. Apakah tujuan dari penambahan tetesan air ini? Semakin pekat konsentrasi formaldehid maka akan semakin mudah menguap. Oleh karena itu dilakukan sedikit pengenceran agar mengurangi penguapannya. Dengan demikian, bobot kaca arloji kosong dihitung sebagai bobot kaca arloji + tetesan air.
Pada penetapan kadar Formaldehid cara Romijn ini, oksidasi Formaldehid oleh I2 dilakukan dalam suasana basa, sedangkan oksidasi Tio oleh I2 berlangsung dalam suasana asam. Reaksi senyawa organik cenderung lambat dan I2 mudah terurai oleh cahaya, oleh karena itu setelah penambahan I2 berlebih terukur larutan didiamkan selama 15 menit di tempat gelap. Untuk mengetahui jumlah I2 yang bereaksi dengan Formaldehid dilakukan blanko, dimana volume penitar blanko pasti lebih besar dibandingkan volume penitar simplo dan duplo
Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R.
Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor
: SMK – SMAK Bogor.