Halo! Apa kabar sobat analis dimanapun kalian berada!
Kali ini Asymmetrical Life akan membahas sesuatu yang dipelajari di mata pelajaran Titrimetri atau Volumetri. Kalo agan pernah nyicipin bangku SMAKBo, pelajaran dan praktikum ini dipelajari saat kelas 11.
Seharusnya postingan ini diposting sebelum materi analisis titrimetri yang lain diposting, tapi apalah daya saya juga baru ingat.
Tanpa banyak basa - basi lagi, langsung deh kita bahas tuntas semua tentang materi netralisasi, titrasi alkalimetri, dan asidimetri!
Pra Pembelajaran
Jika belajar mengenai netralisasi, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu definisi asam dan basa menurut para ahli kimia.
Kamu dapat membacanya pada postingan sebelumnya yaitu Pengertian dan Konsep Asam Basa Menurut Para Ahli
Kamu dapat membacanya pada postingan sebelumnya yaitu Pengertian dan Konsep Asam Basa Menurut Para Ahli
Definisi Titrasi Netralisasi
Netralisasi berasal dari kata netral, artinya tidak memihak.
Adapun dalam analisis titrimetri (volumetri), netralisasi adalah salah satu metode analisis titrimetri yang didasari oleh reaksi antara asam dan basa menghasilkan garam dan air.
Adapun dalam analisis titrimetri (volumetri), netralisasi adalah salah satu metode analisis titrimetri yang didasari oleh reaksi antara asam dan basa menghasilkan garam dan air.
Metode titrasi netralisasi dapat digunakan apabila analat yang ingin ditentukan kadarnya bersifat asam atau basa.
Jika analat yang ditetapkan bersifat asam, maka larutan penitar (titran) harus bersifat kebalikannya yaitu basa. Begitu pula sebaliknya, jika analatnya bersifat basa maka larutan penitarnya harus bersifat asam.
Jika analat yang ditetapkan bersifat asam, maka larutan penitar (titran) harus bersifat kebalikannya yaitu basa. Begitu pula sebaliknya, jika analatnya bersifat basa maka larutan penitarnya harus bersifat asam.
Pembagian Netralisasi
Berdasarkan larutan penitar (titran) yang digunakan, netralisasi dapat dibagi menjadi dua golongan :
- Metode Asidimetri, dan
- Metode Alkalimetri.
Metode Asidimetri
Asidimetri berasal dari kata acid, yang berarti asam.
Dapat didefinisikan bahwa metode asidimetri adalah metode analisis volumetri yang tergolong ke dalam metode netralisasi, dimana larutan penitar yang digunakan bersifat asam dan analat yang ditetapkan kadarnya bersifat basa.
Dapat didefinisikan bahwa metode asidimetri adalah metode analisis volumetri yang tergolong ke dalam metode netralisasi, dimana larutan penitar yang digunakan bersifat asam dan analat yang ditetapkan kadarnya bersifat basa.
Dalam analisis volumetri, dikenal istilah Bahan Baku Primer (BBP), yaitu zat atau senyawa stabil yang dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi zat lain yang tidak stabil.
Ada beberapa syarat BBP, seperti :
Ada beberapa syarat BBP, seperti :
- Murni dan dapat dimurnikan
- Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis (higroskopis = mengikat atau menyerap air)
- Dapat larut dalam pelarut yang cocok
- Dapat bereaksi secara stoikiometri dan dengan persamaan reaksi yang jelas
- Mantap dalam bentuk larutan dan padatannya
- Memiliki bobot setara (bst) yang tinggi sehingga mengurangi kesalahan dalam penimbangan
Berdasarkan syarat-syarat di atas, ada beberapa zat yang dapat digunakan sebagai BBP dalam metode asidimetri dimana BBP yang digunakan dalam asidimetri harus bersifat basa. Hal ini disebabkan karena larutan yang akan distandardisasi bersifat asam.
Adapun zat-zat yang dapat digunakan untuk menstandardisasi asam untuk asidimetri antara lain Boraks (Na2B4O7 . 10 H2O) dan Natrium Karbonat (Na2CO3).
Beberapa penetapan dan analisis yang termasuk ke dalam metode asidimetri adalah :
Metode Alkalimetri
Alkalimetri merupakan kebalikan dari metode asidimetri. Yap, alkalimetri berasal dari kata alkali yang berarti basa.Sedangkan definisi lengkapnya adalah metode analisis titrimetri/volumetri dengan prinsip dasar netralisasi menggunakan basa sebagai larutan penitar (titran) dan analat berupa asam.
Adapun BBP yang dapat digunakan dalam metode alkalimetri haruslah BBP yang bersifat asam karena digunakan untuk menstandardisasi larutan yang bersifat basa. BBP yang dapat digunakan antara lain :
- Kalium Hidrogen Ftalat (KHC8H4O4)
- Asam Benzoat (C6H5COOH)
- Asam Sulfamat (NH2SO3H)
- Asam Oksalat ((COOH)2 . 2H2O)
Beberapa analisis dan penetapan yang termasuk Alkalimetri
Indikator Asam-Basa
Dalam titrasi asam-basa digunakan indikator untuk mengetahui Titik Akhir dalam suatu penitaran.Apakah yang dimaksud dengan Titik Akhir itu?
Titik Akhir (TA) adalah titik dimana telah terjadi perubahan warna pada indikator yang menandakan titrasi telah selesai dilakukan.
Selain Titik Akhir, ada istilah lain yang disebut Titik Ekuivalen (TE).
Adapun yang dinamakan Titik Ekuivalen (TE) adalah titik dimana telah terjadi kesetaraan antara jumlah titrat dan titran.
Jika nilai volume TA semakin mendekati nilai volume TE, maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut semakin baik dan sensitif.
Berikut ini dijabarkan beberapa indikator yang sering digunakan dalam titrasi netralisasi baik asidimetri maupun alkalimetri.
1. Phenol Ptalein (PP)
Phenol Ptalein merupakan asam organik bervalensi dua, bekerja pada pH 8,0 sampai 9,8.
Dalam bentuk molekulnya dan disosiasi H+ yang pertama, PP tidak berwarna atau warnanya mengikuti pelarutnya.
Sedangkan pada disosiasi H+ yang kedua, PP akan berwarna merah muda sampai merah keunguan..
Hal inilah yang mendasari mengapa PP pada suasana asam warnanya tidak berwarna sedangkan dalam basa berwarna merah.
PP cocok digunakan untuk titrasi antara asam lemah dengan basa kuat karena akan menghasilkan garam normal yang bersifat basa.
Trayek pH kerja dari SM berkisar antara 3,1 sampai 4,5.
Jika larutan diasamkan maka pH akan turun dan indikator SM berubah menjadi merah, sedangkan jika ditambahkan basa maka pH akan naik dan SM berubah warna menjadi kuning.
Indikator SM dibuat dalam larutannya dengan konsentrasi 0,1% di dalam air. SM cocok digunakan dalam titrasi antara asam kuat dan basa lemah yang menghasilkan produk berupa garam normal bersifat asam.
Karena sifat inilah maka indikator MM cocok digunakan pada titrasi asam kuat dan basa lemah.
Indikator MM dapat dibuat sebagai larutannya dengan konsentrasi 0,2% dalam pelarut alkohol 60%.
Dalam bentuk molekulnya dan disosiasi H+ yang pertama, PP tidak berwarna atau warnanya mengikuti pelarutnya.
Sedangkan pada disosiasi H+ yang kedua, PP akan berwarna merah muda sampai merah keunguan..
Hal inilah yang mendasari mengapa PP pada suasana asam warnanya tidak berwarna sedangkan dalam basa berwarna merah.
PP cocok digunakan untuk titrasi antara asam lemah dengan basa kuat karena akan menghasilkan garam normal yang bersifat basa.
2. Sindur Metil (SM)
Sindur Metil merupakan basa organik yang bersifat amfoter karena terdapat Nitrogen yang memiliki Pasangan Elektron Bebas (PEB) dan gugus asam dari Hidrogen Sulfat.Trayek pH kerja dari SM berkisar antara 3,1 sampai 4,5.
Jika larutan diasamkan maka pH akan turun dan indikator SM berubah menjadi merah, sedangkan jika ditambahkan basa maka pH akan naik dan SM berubah warna menjadi kuning.
Indikator SM dibuat dalam larutannya dengan konsentrasi 0,1% di dalam air. SM cocok digunakan dalam titrasi antara asam kuat dan basa lemah yang menghasilkan produk berupa garam normal bersifat asam.
3. Merah Metil (MM)
Merah Metil (MM) sama seperti SM, yaitu berupa basa organik. Apabila dalam suasana asam, MM akan berwarna merah dan apabila dalam suasana basa MM akan berwarna kuning.Karena sifat inilah maka indikator MM cocok digunakan pada titrasi asam kuat dan basa lemah.
Indikator MM dapat dibuat sebagai larutannya dengan konsentrasi 0,2% dalam pelarut alkohol 60%.