Pengertian Titrasi Permanganatometri
Permanganatometri adalah salah satu analisis
volumetri (titrimetri) berdasarkan reaksi reduksi–oksidasi (redoks) dengan
pereaksi utama KMnO4.
Analisis yang berdasarkan reaksi redoks disebut oksidimetri karena melibatkan oksidasi dan reduksi, atau dengan kata lain perubahan bilangan oksidasi.
Karakteristik dan ciri-ciri reaksi reduksi–oksidasi (redoks) :
Analisis yang berdasarkan reaksi redoks disebut oksidimetri karena melibatkan oksidasi dan reduksi, atau dengan kata lain perubahan bilangan oksidasi.
Karakteristik dan ciri-ciri reaksi reduksi–oksidasi (redoks) :
- Merupakan reaksi yang menghasilkan energi
- Terjadi perubahan bilangan oksidasi (oksidasi mengalami kenaikan biloks dan reduksi mengalami penurunan biloks)
- Merupakan proses perpindahan elektron (oksidasi melepas elektron sedangkan reduksi menangkap elektron)
- Terjadi perpindahan oksigen (oksidasi menerima oksigen dan reduksi melepas oksigen)
Sifat Fisika KMnO4
- Padatannya berbentuk kristal jarum berwarna ungu gelap
- Tidak berbau tetapi rasanya sedikit manis
- Kelarutan 7 gram dalam 100 gram air
- Kerapatan 2,7 gram/cm3
- Massa molekul relatif 159,03 gram/mol
Sifat Kimia KMnO4
- Oksidator kuat (daya oksidasi terbaik dalam suasana asam)
- Reaktif dengan bahan organik, logam, dan asam reduktor
- Mudah terurai oleh cahaya, khususnya cahaya matahari
Kegunaan KMnO4
- Penyembuhan luka yang tidak dalam
- Kompres berbagai macam infeksi kulit
- Penyembuhan kutu air
- Desinfektan
Reaksi dengan KMnO4
Sebagaimana diketahui bahwa KMnO4
adalah oksidator kuat sehingga dapat bereaksi dengan reduktor.
Reaksi dengan KMnO4 dapat berlangsung dalam 3 suasana, yaitu suasana asam, netral, dan basa. Berikut adalah reaksi dan bobot setara (bst) dalam masing – masing suasana :
Reaksi dengan KMnO4 dapat berlangsung dalam 3 suasana, yaitu suasana asam, netral, dan basa. Berikut adalah reaksi dan bobot setara (bst) dalam masing – masing suasana :
Suasana Asam
MnO4- + 8H+ +
5e- --> Mn2+ + 4H2O
Bst = 1/5 Mr = 31,6
Suasana Netral
MnO4- + 4H+ +
3e- --> MnO2 + 2H2O
Bst = 1/3 Mr = 52,67
Suasana Basa
MnO4- + e-
--> MnO42-
Bst = 1/1 Mr = 158
Suasana asam merupakan suasana dengan daya
oksidasi KMnO4 yang paling kuat karena jumlah elektronnya paling
banyak (5 elektron) dan selisih perubahan biloksnya paling besar (biloks Mn dari
+7 menjadi +2 sehingga selisihnya 5).
Oksidasi suatu zat oleh KMnO4 dalam suasana asam dapat menghasilkan lima atom Oksigen nascent sesuai persamaan reaksi:
Oksidasi suatu zat oleh KMnO4 dalam suasana asam dapat menghasilkan lima atom Oksigen nascent sesuai persamaan reaksi:
2 KMnO4 + 3 H2SO4 --> 2K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O + 5On
Syarat–Syarat Titrasi Permanganatometri
Titrasi oksidimetri permanganatometri memiliki
beberapa syarat–syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kesempurnaan hasil
analisis.
Syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah :
- Titrasi dengan KMnO4 harus dilakukan dalam suasana asam karena dalam lingkungan netral dan basa sebagian KMnO4 terurai membentuk MnO2 yang berwarna coklat sehingga menyulitkan pengamatan Titik Akhir (TA). Selain itu daya oksidasi KMnO4 dalam suasana asam lebih baik dibandingkan dalam suasana basa dan netral.
- Suhu larutan harus diatur agar reaksi berjalan cepat.
Pertanyaan selanjutnya : Asam apakah yang
sebaiknya digunakan?
Asam yang digunakan dalam titrasi permanganatometri tidak boleh bersifat sebagai oksidator (seperti HNO3 dan HClO4) dan juga tidak boleh sebagai asam reduktor seperti HCl, HBr, atau HI.
Mengapa demikian?
Asam oksidator seperti HNO3 dan HClO4
dapat mengoksidasi analat yang seharusnya bereaksi dengan KMnO4.
Akibatnya jumlah KMnO4 yang dibutuhkan dalam titrasi lebih sedikit
dibandingkan yang seharusnya.
Asam reduktor seperti HCl, HBr, dan HI dapat bereaksi dengan KMnO4 sehingga jumlah KMnO4 yang dibutuhkan dalam titrasi lebih banyak dibandingkan yang seharusnya.
Untuk mengeliminasi kesalahan yang dapat ditimbulkan dari pemakaian asam yang tidak tepat, maka dalam titrasi permanganatometri diperlukan suatu asam yang tidak bersifat oksidator dan reduktor.
Asam yang selalu digunakan adalah H2SO4 encer. Ingat ya, yang konsentrasinya encer!
Karena H2SO4 pekat juga merupakan oksidator kuat sedangkan H2SO4 encer bukan merupakan asam oksidator juga bukan asam reduktor.
Reaksi oksidasi dengan KMnO4 berlangsung cukup lambat. Untuk mempercepat reaksi, biasanya dilakukan pemanasan hingga ± 600C, tidak boleh lebih dari itu karena dikhawatirkan KMnO4 akan rusak.
Selain itu keberadaan dan pembentukan ion Mn2+ dalam larutan dapat mempercepat reaksi, dimana reaksinya disebut autokatalitik karena katalisnya diproduksi dari hasil reaksi itu sendiri.
Mekanisme katalis ion Mn2+ cukup mengesankan, dimana ion Mn2+ akan bereaksi cepat dengan MnO4- membentuk Mn dengan bilangan oksidasi menengah (+3 atau +4).
Kemudian ion Mn dengan biloks +3 atau +4 tersebut akan mengoksidasi reduktor dengan cepat dan kembali ke ion Mn2+ pada akhir reaksi.
Indikator Titrasi Permanganatometri
Titrasi Permanganatometri merupakan titrasi
yang unik, dimana pada titrasi ini tidak digunakan indikator lain melainkan
indikatornya merupakan ion Mn2+ itu sendiri.
Sebagaimana diketahui bahwa ion Mn2+ berwarna merah muda seulas (merah jambu), dimana satu tetes KMnO4 0,1 N dalam ± 200 ml air dapat menghasilkan warna merah jambu yang jelas dan nyata.
Sebagaimana diketahui bahwa ion Mn2+ berwarna merah muda seulas (merah jambu), dimana satu tetes KMnO4 0,1 N dalam ± 200 ml air dapat menghasilkan warna merah jambu yang jelas dan nyata.
Pembuatan larutan KMnO4
Larutan KMnO4 dapat dibuat dengan melarutkan
sejumlah padatannya ke dalam sejumlah air. Pada kesempatan kali ini akan
dicontohkan bagaimana membuat larutan KMnO4 0,1 N sebanyak 200 ml.
Sebagaimana kita tahu bahwa KMnO4 yang digunakan dalam analisis selalu bertindak sebagai oksidator, dimana oksidasi KMnO4 selalu dalam suasana asam sulfat encer.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa kita akan membuat larutan KMnO4 0,1 N dengan bst dalam suasana asam yaitu 1/5 Mr.
Pertama kita harus mengetahui berapa gram yang dibutuhkan untuk membuat konsentrasi 0,1 N sebanyak 200 ml. Kita dapat menggunakan rumus normalitas untuk mendapatkan hasilnya.
Cara Kerja
- Dari perhitungan di atas didapatkan bahwa untuk membuat KMnO4 0,1N sebanyak 200 ml dibutuhkan 0,6320 gram kristal KMnO4.
- Setelah ditimbang sebanyak ± 0,6320 gram kristal KMnO4, padatan kemudian dimasukkan ke piala gelas 400 ml.
- Ditambahkan air sebanyak 200 ml.
- Setelah larut, larutan dipanaskan untuk mempercepat oksidasi bahan organik karena air yang digunakan mungkin saja mengandung sejumlah bahan organik.
- Setelah didinginkan, larutan disaring untuk memisahkan MnO2 yang terbentuk. Sebagai penyaring tidak boleh digunakan kertas saring karena kandungan karbon pada kertas saring dapat mereduksi ion MnO4-.
- Selanjutnya larutan yang sudah jernih dan bebas endapan disimpan di dalam botol gelap tanpa penambahan basa untuk mengurangi penguraian MnO4- baik oleh cahaya atau basa. Standardisasi ulang perlu rutin untuk dilakukan untuk menetapkan kenormalannya secara akurat.
Bahan Baku Primer (BBP) Untuk Standardisasi KMnO4
Arsen (III) Oksida (As2O3)
As2O3 merupakan standar
(BBP) yang baik untuk menetapkan kenormalan Permanganat karena bersifat
reduktor, stabil, non – higroskopis, serta tersedia dalam kemurnian yang
tinggi. Oksida ini dilarutkan dengan NaOH kemudian diasamkan lalu dititrasi
dengan KMnO4.
Persamaan reaksi yang terjadi :
5HAsO2 + 2MnO4-
+ 6H+ + 2H2O --> 2 Mn2+ + 5H3AsO4
Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan sehingga penambahan katalis sangat dianjurkan untuk mempercepat reaksi. Katalis yang dapat digunakan ialah Kalium Iodida (KI), Kalium Iodat (KIO3) atau Iodin Monoklorida (ICl).
Natrium Oksalat atau Asam Oksalat (Na2C2O4 atau H2C2O4)
Sebagaimana Arsen (III) Oksida, senyawa ini
juga sangat baik digunakan sebagai BBP untuk standardisasi larutan Permanganat
karena bersifat sebagai reduktor, tingkat kemurnian yang tinggi, serta stabil
dan non – higroskopis. Akan tetapi mekanisme reaksi kimia organik antara
Oksalat dan ion Permanganat agak rumit. Meskipun telah dilakukan berbagai
penyelidikan, mekanisme tepatnya tidak pernah jelas.
Reaksi ini berjalan pada suhu ruangan, tetapi biasanya dipanaskan hingga ± 600C untuk mempercepat reaksi. Selain itu, pembentukan Mn2+ juga dapat mempercepat reaksi redoks yang terjadi (simak mekanisme katalitik ion Mn2+ pada subbab Syarat – Syarat Titrasi Permanganatometri di atas :)
Persamaan reaksi antara ion Oksalat dengan Permanganat adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO4-
+ 16H+ --> 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Besi
Seutas kawat besi yang tingkat kemurniannya
tinggi dapat digunakan sebagai standar dalam penentuan normalitas KMnO4.
Besi ini dilarutkan dalam HCl encer, dimana besi melarut membentuk campuran
FeCl2 dan FeCl3. Garam besi (III) yang terbentuk kemudian
direduksi menjadi besi (II) seluruhnya. Akan tetapi, jika dititrasi dengan
Permanganat, ion Cl- juga dapat dioksidasi selain besi (II)
sehingga jumlah KMnO4 yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan yang
seharusnya. Hal ini menimbulkan kesalahan analisis yang tidak dijumpai bila
digunakan Oksalat dan Arsen (III) Oksida sebagai BBP.
Untuk mengeliminasi kesalahan, sebelum titrasi harus ditambahkan sebuah larutan Zimmermann – Reinhardt yang terdiri dari campuran Mangan (II) Sulfat, Asam Sulfat, dan Asam Fosfat. Kandungan Asam Fosfat dapat menurunkan konsentrasi dari ion Besi (III) dengan mengkomplekskannya dan membantu reaksi berjalan secara bertahap sampai selesai. Selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghilangkan warna kuning dari Fe3+ dalam bentuk garam kloridanya, dimana kompleks besi (III) dengan ion Fosfat merupakan kompleks tidak berwarna sehingga mempertajam pengamatan titik akhir.
Analisis Permanganatometri di Laboratorium
Di bawah ini merupakan beberapa contoh analisis yang tergolong dalam metode
titrasi Permanganatometri.
Untuk melihat prosedur dan rincian yang lebih jelas silahkan di klik tulisannya.
Untuk melihat prosedur dan rincian yang lebih jelas silahkan di klik tulisannya.
Penetapan Kenormalan (Standardisasi) KMnO4 dengan BBP Asam Oksalat
Penetapan Kadar NO2- dalam NaNO2 Cara Lunge
Penetapan Kadar Fe2+ dalam Garam Tunjung Secara Permanganatometri
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi Secara Permanganatometri
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu Baterai Secara Permanganatometri
Daftar Pustaka
Sulistiowati dkk. 2014. Analisis Volumetri Kelas XI. Bogor : Sekolah Menengah Kejuruan –
SMAK Bogor