Dalam suasana asam, K2Cr2O7
dapat mengoksidasikan KI menjadi I2 bebas sebanding yang berwarna
cokelat dan ion Cr3+ yang berwarna hijau, dimana I2 bebas
sebanding tersebut dapat dititar dengan Na2S2O3
dan indikator kanji yang ditambahkan menjelang TA (warna TA larutan biru
kehijauan).
Reaksi
K2Cr2O7 + 6 KI
+ 14 HCl --> 3 KCl + 2 CrCl3 + 3 I2 +
7 H2O
3 I2 + 6 Na2S2O3 --> 6NaI + 3 Na2S4O6
Tujuan
Menetapkan normalitas Na2S2O3 0,1 N
dengan BBP K2Cr2O7
Alat dan Bahan
Alat
- Kaca arloji
- Labu ukur 100 mL
- Pipet volumetri 10 mL
- Pengaduk
- Erlenmeyer asah
- Buret 50 mL
- Gelas ukur 10 ml
- Corong
- Piala gelas 400 dan 800 mL
- Labu semprot
- Pipet tetes
- Statif dan klem
- Alas titar dan alas baca buret
Bahan
- K2Cr2O7
- Na2S2O3 0,1 N
- HCl 4 N
- Air suling
- KI 10%
- Kertas saring penyeka
- Kertas pengganjal corong
Cara Kerja
- Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
- Ditimbang ± 0,49 gram K2Cr2O7,
- Dimasukkan ke labu ukur 100 ml, diimpitkan dan dihomogenkan,
- Dipipet 10,00 ml larutan, dimasukkan ke Erlenmeyer asah,
- Diencerkan dengan 50 ml air, ditambahkan 5 ml HCL 4N dan 5 ml KI 10%
- Larutan dititar dengan Na2S2O3 0,1 N hingga kuning muda,
- Ditambahkan indikator kanji,
- Dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1 N hingga TA biru kehijauan, dan
- Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL.
mg BBP =
Bobot BBP yang ditimbang
N Tio = Normalitas
Tio
Vp =
Volume titran yang dibutuhkan
FP =
Faktor pengenceran
Bst K2Cr2O7 adalah
1/6 Mr, yaitu 49.
Pembahasan
Metode Iodometri merupakan metode
redoks dimana menggunakan larutan baku Tio (Na2S2O3)
sebagai titran. Jenis penitarannya tergolong tidak langsung dimana ditambahkan
zat ketiga yaitu KI untuk membebaskan I2 bebas yang nantinya dititar
dengan Tio. Suasana oksidasi KI menjadi I2 akan optimum pada suasana
asam, oleh karena itu ditambahkan HCl. Digunakan Erlenmeyer asah karena I2
merupakan zat yang mudah menyublim, jika I2 menyublim maka jumlah
titran akan semakin berkurang dari yang seharusnya.
Indikator yang digunakan pada
titrasi Iodometri adalah indikator kanji (amilosa) yang akan menghasilkan warna
biru ketika bereaksi dengan I2. Akan tetapi, penambahan kanji
dilakukan saat konsentrasi I2 sudah sedikit. Jika kanji ditambahkan
saat I2 masih banyak, maka kanji akan “mengurung” I2
sehingga tidak semua I2 bereaksi dengan Tio. Akibatnya, jumlah
titran yang dibutuhkan semakin sedikit dari yang seharusnya.
Daftar
Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R.
Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor
: SMK – SMAK Bogor.